Maria, putri Heli, berasal dari suku Yehuda di Israel. Ia pertama kali disebutkan dalam Alkitab sehubungan dengan suatu peristiwa yang luar biasa. Seorang malaikat mengunjungi dia dan mengatakan, ”Salam, hai, engkau yang sangat diperkenan, Yehuwa menyertai engkau.” Awalnya, Maria merasa gundah dan ”mulai memikirkan apa maksud salam itu”. Maka, malaikat itu memberi tahu bahwa dia telah dipilih untuk tugas yang luar biasa namun juga sangat serius, yakni mengandung, melahirkan, dan membesarkan Putra Allah.—Lukas 1:26-33.
Betapa pentingnya tugas yang dipercayakan kepada wanita muda yang belum menikah ini! Bagaimana tanggapannya? Maria bisa jadi bertanya-tanya apakah ada yang akan percaya pada ceritanya. Tidakkah kehamilan seperti itu akan menyebabkan dia kehilangan cinta kasih Yusuf, tunangannya, atau mencoreng mukanya di mata masyarakat? (Ulangan 22:20-24) Ia tidak ragu-ragu menerima tugas yang berat ini.
Iman Maria yang kuat membuatnya sanggup untuk tunduk kepada kehendak Allahnya, Yehuwa. Dia yakin bahwa Allah akan memeliharanya. Maka, dia pun berseru, ”Lihat! Budak perempuan Yehuwa! Semoga itu terjadi atasku sesuai dengan pernyataanmu.” Maria rela menghadapi tantangan karena ia menghargai hak istimewa rohani yang ditawarkan kepadanya.—Lukas 1:38.
Sewaktu Maria memberi tahu Yusuf bahwa ia hamil, Yusuf berniat memutuskan pertunangan mereka. Pada waktu itu, keduanya pastilah merasa sangat tertekan. Alkitab tidak mengatakan berapa lama keadaan yang sulit itu berlangsung. Namun, baik Maria maupun Yusuf tentu merasa teramat lega sewaktu malaikat Yehuwa muncul kepada Yusuf. Utusan Allah itu menjelaskan kehamilan Maria yang tidak lazim, dan menyuruh Yusuf membawa Maria pulang ke rumahnya sebagai istrinya.—Matius 1:19-24.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar