TYM

TYM
BERKATNYA MELIMPAH

Senin, 16 Maret 2020

MENGAMPUNI






FAKTA PENGAMPUNAN

Dalam kehidupan kita, sering kita lihat bahwa tidak semua orang bila melakukan kesalahan cepat-cepat untuk meminta maaf atas kesalahannya. 
Demikian pula tidak semua orang yang mau dengan senang hati untuk memaafkan atau memberi pengampunan kepada orang yang bersalah dan berusaha meminta maaf atau mohon pengampunan padanya, apa lagi jika dirasa bahwa kesalahannya sungguh terlalu berat dan menyakitkan hati. 

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan orang sulit untuk memaafkan atau juga orang sulit untuk meminta maaf atas kesalahannya, yaitu antara lain: 
  • karena keinginan untuk mempertahankan “harga diri” atau wibawa, 
  • karena gengsi,

Ketidakmampuan memaafkan atau mengampuni dapat mengakibatkan: 
  • menumbuhkan rasa dendam, yang sesungguhnya dapat merugikan diri sendiri, 
  • orang yang bersalah pada akhirnya menanggung rasa bersalah secara berkepanjangan, 
  • tumbuhnya permusuhan dan kebencian. 

Meminta maaf atau memberi pengampunan, sesungguhnya dapat menguntungkan, baik bagi yang bersalah maupun bagi orang yang telah dirugikan. 

Dengan mau mengampuni, ataupun mau meminta maaf, akan dapat menjadikan hati kita tenang, tenteram, damai, jauh dari segala permusuhan dan dendam, bahkan dengan memaafkan atau meminta maaf, hubungan kita dengan sesama dan dengan Tuhan akan tetap terjalin dengan harmonis dan menyenangkan

YESUS PENGAMPUN

Memahami bahwa Yesus Kristus adalah pengampun dan penuh belas kasihan dapat menolong kita mengampuni dan mengulurkan belas kasihan kepada orang lain. 
“Yesus Kristus adalah Teladan kita,” kata Presiden Thomas S. Monson. 
“Kehidupan-Nya merupakan pusaka kasih. Yang sakit Dia sembuhkan, yang kesusahan Dia angkat, yang berdosa Dia selamatkan. Pada akhirnya, khalayak yang marah merenggut hidup-Nya. Tetapi terdengarlah dari bukit Golgota perkataan ini: ‘Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’—ungkapan tertinggi dalam kefanaan akan rasa iba dan kasih.”

Jika kita mengampuni orang lain atas pelanggaran mereka, Bapa Surgawi kita juga akan mengampuni kita. Yesus meminta kita “hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” (Lukas 6:36). 
“Pengampunan bagi dosa-dosa kita datang dengan syarat,” kata Presiden Dieter F. Uchtdorf, Penasihat Kedua dalam Presidensi Utama. 
“Kita harus bertobat …. Bukankah kita semua, pada suatu ketika, telah dengan lembut hati mendekati kursi belas kasihan dan memohon kasih karunia? Bukankah kita telah berharap dengan seluruh tenaga dari jiwa kita bagi belas kasihan—untuk diampuni dari kesalahan-kesalahan yang telah kita perbuat dan dosa-dosa yang telah kita lakukan? … Perkenankan Pendamaian Kristus mengubah dan menyembuhkan hati Anda. Kasihilah satu sama lain. Ampunilah satu sama lain.”

“Kita harus mengampuni bahkan seperti kita diampuni,” kata Penatua Jeffrey R. Holland dari Kuorum Dua Belas Rasul. 
Cerita tentang anak yang hilang memperlihatkan kepada kita kedua sisi dari pengampunan: satu anak diampuni dan anak yang lainnya bergumul untuk mengampuni.

Anak yang bungsu mengambil warisannya, menghabiskannya dengan cepat, dan ketika kelaparan muncul, dia bekerja memberi makan babi. 

Tulisan suci mengatakan “lalu ia menyadari keadaannya,” dia kembali pulang dan mengatakan kepada ayahnya bahwa dia tidak layak untuk menjadi anaknya. Tetapi ayahnya mengampuni dia dan menyembelih anak lembu yang tambun untuk pesta. Anak yang sulung kembali dari bekerja di ladang dan menjadi marah. Dia mengingatkan ayahnya bahwa dia telah bertahun-tahun melayani ayahnya dan belum pernah melanggar perintah, tetapi “kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita.” 

Kata ayahnya kepadanya, “Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali” (lihat Lukas 15:11–32).

Pengampunan Menurut Yesus 
  • Yesus mengoreksi pendapat Petrus. “Bukan!, Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” Pengampunan itu tanpa batas, tanpa perhitungan. Karena pengampunan kepada sesama tidak mungkin dipisahkan dari pengampunan Allah. Pengampunan Allah jauh melampaui pengertian pada umumnya serta melampaui segala perhitungan. 
  • Pada kesempatan lain, Yesus melakukan pengampunan kepada perempuan yang kedapatan berjinah. Kepada perempuan yang berdosa ini, Yesus tidak mengadili, tetapi memberi kesempatan kepada perempuan tersebut untuk berubah dan tidak melakukan dosa lagi. Yesus memberi kesempatan kepada pendosa itu untuk bertobat. 
  • Kesediaan untuk mengampuni merupakan kualitas spiritualitas yang tinggi. Semakin mampu mengampuni, berarti kita semakin diperkaya oleh kasih Allah, semakin dimampukan untuk dipakai sebagai alat-Nya secara tepat.

Lewis B. Smedes di dalam bukunya yang berjudul 
Mengampuni & Melupakan (Forgive & Forget) 
menuliskan ada empat tahap Pemberian Maaf. 
  1. Tahap pertama adalah sakit hati. Ketika seseorang menyebabkan Anda sakit hati begitu mendalam dan secara curang sehingga Anda tidak dapat melupakannya. Anda terdorong ke tahap pertama krisis pemberian maaf. 
  2. Tahap kedua adalah membenci. Anda tidak bisa mengenyahkan ingatan tentang seberapa besar Anda sakit hati, dan Anda tidak bisa mengharapkan musuh Anda baik-baik saja. Anda kadang-kadang menginginkan orang yang menyakiti Anda juga menderita seperti Anda. 
  3. Tahap ketiga adalah menyembuhkan. Anda diberi sebuah “mata ajaib” untuk melihat orang yang menyakiti hati Anda dengan pandangan baru. Anda disembuhkan, Anda menolak kembali aliran rasa sakit dan Anda bebaskembali. 
  4. Tahap keempat adalah berjalan bersama; Anda mengundang orang yang pernah menyakiti hati Anda memasuki kembali dalam kehidupan Anda. Kedatangannya yang tulus membuat Anda berdua akan menikmati hubungan yang dipulihkan kembali