TYM

TYM
BERKATNYA MELIMPAH

Minggu, 29 Maret 2020

Refleksion of Books VIII

Perayaan Sakramen Baptis


Dengan dibaptis, kita dihapuskan dari segala dosa kita, kita dijadikan menjadi milik Kristus, kita mendapat rahmat pengudusan dan pembenaran yang mempersatukan kita dengan Kristus dan Gereja-Nya, dan kita diajak untuk ikut ambil bagian dari tugas Gereja.
  • Sebagai milik Kristus yang telah dihapuskan dari dosa kita karena Pembaptisan. Apakah perilaku kita sungguh menampakkan kasih Kristus?
  • Setelah dibaptis, kita juga diminta untuk ikut ambil bagian dari tugas Gereja. Tugas apa sajakah yang dapat kita lakukan?
Perayaan Sakramen Ekaristi


  • Sejauh ini apakah kamu sudah merasa cukup memahami makna Perayaan Ekaristi?
  • Seberapa besarnya minat kamu untuk mengikuti Perayaan Ekaristi?
  • Apa motivasi atau alasan kamu mengikuti Perayaan Ekaristi?
  • Bagaimana dengan sikapmu selama ini ketika mengikuti Perayaan Ekaristi?
  • Apa saja yang menarik dalam mengikuti Perayaan Ekaristi?


Perayaan Sakramen Penguatan

  • Apa yang kamu pahami tentang makna dari Sakramen Penguatan?
  • Apa saja syarat untuk menerima Sakramen Penguatan?
  • Apa buah dari Sakramen Penguatan?
  • Apa konsekuensi setelah kita menerima Sakramen Penguatan?

Perayaan Sakramen Tobat

  • Apa arti pertobatan bagimu?
  • Bagaimana langkah-langkah untuk bertobat?
  • Bagaimana kamu merasakan kebaikan Tuhan yang Maharahim?

Sakramen Pengurapan Orang Sakit
  • Siapa yang berhak menerima Sakramen Pengurapan?
  • Bagaimana Sakramen Pengurapan dirayakan?
  • Apa makna dari sakramen pengurapan orang sakit?
  • Bagaimana pengalamanmu diwaktu sakit?
  • Buatlah Doa untuk saudara/sesama kita yang sedang sakit, terutama saat ini yang terkena wabah Corona!



SAKRAMEN EKARISTI

Ekaristi adalah sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani (LG 11)
berarti bahwa dalam seluruh pelayanan Gereja dirayakan dengan Sakramen Ekaristi. 
Di sinilah tampak jelas bahwa Perayaan Ekaristi adalah tindakan Kristus sendiri di mana Kristus telah mempersembahkan diri-Nya kepada Bapa untuk kita, agar kita pun ikut ambil bagian dalam pengorbanan diri-Nya, dan Dia telah memberikan diri-Nya bagi kita sebagai roti hidup sepanjang ziarah kita di dunia ini menuju kepada Bapa.

Dengan pemahaman kesadaran seperti itulah maka hendaknya kita dapat mendewasakan iman kita dengan mengetahui cara berdoa yang baik menghormati sakramen mahakudus dan keterlibatan aktif umat beriman dalam 
Perayaan Ekaristi amat penting, karena untuk mengungkapkan dengan lebih jelas bahwa pada dasarnya Perayaan Ekaristi adalah perayaan umat bersama. 
Pada bagian ini kita akan belajar bersama tentang makna ekaristi bagi hidup kita dan bagaimana mengikuti Perayaan Ekaristi dengan baik.


Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus tidak ditujukan pada kelompok atau golongan tertentu, tetapi ditujukan untuk semua orang. Ia merangkul semua orang yang baik maupun yang jahat agar dapat merasakan keselamatan. Yesus tidak mau merangkul hanya sekelompok orang dan menyingkirkan kelompok yang lainnya.
Ia akrab dengan semua orang. Bahkan Yesus mau bergaul dengan orang-orang yang dianggap berdosa.

Syukuran merupakan kegiatan yang bisa dilakukan dalam masyarakat kita. Biasanya orang mensyukuri peristiwa-peristiwa penting dalam hidupnya, terlebih syukuran atas peristiwa yang menyenangkan. Biasanya, syukuran diakhiri dengan perjamuan makan bersama. Makanan yang tersaji sama dan mereka semua memakan makanan yang telah disediakan bersama-sama.

Begitulah dengan perayaan Ekaristi. 
Sebagai ungkapan syukur atas karya dan pengorbanan Yesus Kristus. Ekaristi berasal dari bahasa Yunani yakni eucharistien yang berarti puji syukur, dan kegembiraan dengan demikian kita memandang ekaristi sebagai: 
a) Syukuran dan pujian kepada Bapa, 
b) Kenangan akan kurban Kristus dan tubuh-Nya, 
c) Kehadiran Kristus oleh kekuatan perkataan-Nya dan Roh-Nya.

Seperti halnya perayaan syukur, 
Perayaan Ekaristi juga memiliki urutan tata upacara yang baku dan tetap.

Sebelum menderita sengsara, Yesus mengadakan perjamuan bersama para murid-Nya sebagai tanda perpisahan yang kita kenal dengan “Perjamuan Malam Terakhir”.

Sesuai dengan pesan Yesus pada perjamuan terakhir itu, maka Perjamuan Tuhan itu diteruskan oleh Gereja hingga kini dalam bentuk Perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi mengenangkan sekaligus menghadirkan kembali tindakan penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus kepada umat manusia sekaligus mensyukurinya.

Dengan demikian, bagi Gereja sekarang Ekaristi pertama-tama merupakan Ucapan Syukur dan Pujian Kepada Bapa. Kita bersyukur kepada Allah atas segala kebaikan-Nya: untuk segala sesuatu yang Ia laksanakan dalam penciptaan, penebusan, dan pengudusan.





PENTINGNYA SEBUAH DOA dan BERDOA

SAKRAMEN KRISMA or PENGUATAN

Sakramen penguatan adalah sakramen kedewasaan, pemantapan. Dengan menerima sakramen ini orang dianggap sudah dewasa dalam iman. 
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat melihat bahwa ciri orang yang dewasa antara lain: bertanggungjawab, mampu membedakan yang baik dan jahat, mandiri, mampu mengambil keputusan dengan bijak, mampu mengendalikan diri, tidak mudah terbawa arus, dan sebagainya.
Sakramen penguatan adalah sakramen yang memberi Roh Kudus supaya mengakarkan kita lebih kuat dalam persekutuan anak-anak Allah, menggabungkan kita lebih erat dengan Kristus, memperkuat hubungan kita dengan Gereja, membuat kita mengambil bagian yang lebih banyak dalam perutusannya dan membantu kita supaya memberi kesaksian iman kristen dengan perkataan dan perbuatan. (KGK 1316)

Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus tidak ditujukan pada kelompok atau golongan tertentu, tetapi ditujukan untuk semua orang. Ia merangkul semua orang yang baik maupun yang jahat agar dapat merasakan keselamatan. Yesus tidak mau merangkul hanya sekelompok orang dan menyingkirkan kelompok yang lainnya.
Ia akrab dengan semua orang. Bahkan Yesus mau bergaul dengan orang-orang yang dianggap berdosa.
Sakramen Penguatan adalah sakramen yang memberi Roh Kudus supaya mengakarkan kita lebih kuat dalam persekutuan anak-anak Allah, menggabungkan kita lebih erat dengan Kristus, memperkuat hubungan kita dengan Gereja, membuat kita mengambil bagian yang lebih banyak dalam perutusannya dan membantu kita supaya memberi kesaksian iman Kristen dengan perkataan dan perbuatan. (KGK 1316).
Makna Sakramen Penguatan: menjadikan kita sungguh anak Allah, menyatukan kita lebih teguh dengan Kristus, menambah karunia Roh Kudus, dan mengikat kita lebih sempurna kepada Gereja. Sakramen Penguatan menyebabkan curahan Roh Kudus dalam kelimpahan seperti yang pernah dialami para Rasul pada hari Pentakosta, yang lebih berani mengakui nama Kristus.
Orang yang telah menerima Sakramen Penguatan membawa konsekuensi: bertanggung jawab menjadi saksi Kristus baik dalam Gereja sendiri, dalam keluarga, di sekolah, di tempat kerja, dan di lingkungan masyarakat yang lebih luas. 

Untuk menerima penguatan/sakramen Krisma, orang harus berada dalam suasana rahmat. Karena itu dihimbau supaya mereka menerima sakramen tobat terlebih dahulu sehingga dibersihkan sebelum menerima anugerah Roh Kudus.
Di samping itu, doa yang intensif juga akan mempersiapkan orang untuk menerima kekuatan dan rahmat Roh Kudus dengan kerelaan batin (KGK, 1310).


DOA ROH KUDUS
Allah, Bapa yang Mahakudus, kami bersyukur kepada-Mu karena Roh Kudus yang telah Kaucurahkan ke dalam hati kami. Kehadiran-Nya dalam hati kami telah membuat kami menjadi bait kehadiran-Mu sendiri, dan bersama Dia pula kami telah Kaulahirkan kembali menjadi anak-anak-Mu.
Dialah penghibur dan penolong yang Kauutus dalam nama Kristus. Dialah Roh Kebenaran yang memimpin kami kepada seluruh kebenaran. Semoga Dia mengajarkan segala sesuatu kepada kami dan mengingatkan kami akan frman yang telah dikatakan oleh Yesus, agar kami selalu dituntun oleh frman-Nya.
Melalui Roh Kudus-Mu ini sudilah Engkau membimbing Gereja-Mu, para pemimpin dan pembantu-pembantunya, dan berilah mereka kebijaksanaan yang sejati. Semoga karena bimbingan-Nya kami semua boleh menikmati buah-buah Roh: kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. 
Melalui Roh Kudus-Mu pula sudilah Engkau membimbing umat-Mu untuk peka dan setia kepada kehendak-Mu, untuk tetap tabah dalam penderitaan, berani menjadi saksi Putera-Mu, berani menjadi pelayan sesama, dan menjadi terang serta garam dunia. 
Semoga Roh Kudus selalu memimpin kami dengan lembut dan ramah, menuntun kami dengan cermat dan teguh; semoga Ia menjadi daya Ilahi di dalam kehidupan beriman dan bermasyarakat, dan menghantar kami masuk ke dalam kemuliaan surgawi untuk berbahagia abadi bersama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.

ANAK YANG HILANG


Yesus kemungkinan masih berada di Perea, di timur Sungai Yordan, sewaktu dia menceritakan perumpamaan tentang domba yang tersesat dan uang logam yang hilang. 
Kedua perumpamaan itu mengajarkan bahwa kita harus bersukacita sewaktu seseorang bertobat. 
Orang Farisi dan ahli Taurat mengkritik Yesus karena dia baik hati kepada orang-orang yang seperti itu. 
Apakah mereka berubah pikiran setelah mendengar dua perumpamaan Yesus? Apakah mereka sudah paham bagaimana perasaan Bapak kita di surga terhadap orang yang bertobat?
Yesus sekarang memberikan perumpamaan lain yang sangat bagus.

Perumpamaan ini bercerita tentang seorang ayah yang memiliki dua orang putra. 
Tokoh utamanya adalah putra yang kedua. 
Orang Farisi dan ahli Taurat serta para pendengar Yesus lainnya bisa belajar dari pengalaman putra bungsu itu. Namun, sikap sang ayah dan putra pertamanya juga penting untuk diperhatikan.
Yesus memulai ceritanya, 
”Seorang pria punya dua anak lelaki. Anak yang lebih muda berkata kepada ayahnya, ’Ayah, berikan harta bagianku.’ Ayahnya pun membagi hartanya kepada kedua anaknya.” (Lukas 15:11, 12) 
Anak ini meminta warisan padahal ayahnya belum meninggal. Dia ingin mendapat harta bagiannya saat itu juga, supaya dia bisa bersenang-senang dan hidup bebas. Setelah mendapatkannya, apa yang dia lakukan?

Yesus melanjutkan, 
”Beberapa hari kemudian, anak yang lebih muda itu mengumpulkan semua hartanya dan pergi ke negeri yang jauh. Di sana, dia hidup bejat dan berfoya-foya.” (Lukas 15:13) Anak itu pergi ke negeri lain, padahal dia bisa tinggal dengan aman di rumah bersama ayahnya yang menyayangi dia dan memenuhi kebutuhannya. 
Dia pun menggunakan hartanya untuk melampiaskan hawa nafsu. Setelah hartanya habis, hidupnya mulai susah.
Yesus bercerita, 
”Kelaparan yang parah terjadi di seluruh negeri itu. Dia pun jatuh miskin.  Dia bahkan minta pekerjaan ke seorang penduduk negeri itu, dan dia disuruh menjaga babi di padang. Dia begitu lapar sampai-sampai ingin mengisi perutnya dengan makanan yang dimakan babi-babi itu. Tapi tidak ada yang memberinya makanan.”​—Lukas 15:14-16.

Menurut Hukum Allah, babi dianggap najis, tapi anak itu tidak punya pilihan lain. Karena sangat lapar, dia bahkan mau makan makanan babi. Di tengah kesengsaraannya, dia pun sadar. Dia berpikir, ’Semua pekerja ayahku punya berlimpah makanan, sedangkan aku di sini sudah mau mati kelaparan! Aku akan berangkat dan pergi ke ayahku dan berkata kepadanya, ”Ayah, aku sudah berdosa kepada Allah dan kepada Ayah. Aku tidak layak lagi disebut anak Ayah. Jadikan aku pekerja Ayah saja.”’ Lalu dia pun pulang ke rumah ayahnya.​—Lukas 15:17-20.
Yesus menceritakan apa yang dilakukan ayah itu: 
”Ketika [anak itu] masih jauh, ayahnya melihat dia dan tergerak oleh rasa kasihan. Maka ayahnya berlari, lalu memeluk dan menciumnya dengan lembut.” (Lukas 15:20) Sang ayah mungkin telah mendengar tentang kebejatan anaknya. 
Namun, dia tetap menyambut anaknya. Sikap sang ayah menggambarkan perasaan ALLAH terhadap orang yang bertobat. Apakah para pemimpin agama Yahudi, yang mengaku mengenal dan menyembah ALLAH, memahami hal itu? 
Dari raut wajah anaknya yang penuh penyesalan, ayah yang bijaksana itu tahu bahwa anaknya sudah bertobat. Anak itu lalu mengakui kesalahannya. Dia lebih mudah mengakuinya karena sang ayah dengan baik hati menyambut dia. 
Anak itu berkata, ”Ayah, aku sudah berdosa kepada Allah dan kepada Ayah. Aku tidak layak lagi disebut anak Ayah.”​—Lukas 15:21.
Tapi, sang ayah berkata kepada budak-budaknya, 
”Cepat! Ambil jubah yang paling bagus. Pakaikan itu padanya. Pasang cincin di jarinya dan sandal di kakinya. Potong juga anak sapi yang gemuk. Mari kita makan dan merayakan ini, karena anakku ini sudah mati tapi hidup lagi. Dia hilang tapi sudah ditemukan.” Mereka pun bersukaria.​—Lukas 15:22-24.

Sementara itu, 
anak yang lebih tua sedang ada di ladang. 
Yesus berkata, 
”Ketika dia pulang dan sudah hampir sampai di rumah, dia mendengar suara musik dan tari-tarian. Maka, dia memanggil seorang pelayan dan menanyakan apa yang terjadi. Pelayan itu menjawab, ’Adik Tuan pulang, dan ayah Tuan memotong anak sapi yang gemuk, karena adik Tuan kembali dalam keadaan sehat.’ Tapi dia marah dan tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan memohon agar dia masuk. Dia berkata kepada ayahnya,  ’Sudah bertahun-tahun aku kerja seperti budak untuk Ayah, dan tidak pernah satu kali pun aku melawan perintah Ayah. Tapi Ayah tidak pernah memberi aku anak kambing untuk dinikmati bersama teman-temanku. Tapi begitu anak Ayah itu pulang, anak yang menghabiskan harta Ayah dengan pelacur, Ayah malah memotong sapi gemuk buat dia.’”​—Lukas 15:25-30.
Para ahli Taurat dan orang Farisi seperti sang kakak, yang mengkritik belas kasihan dan perhatian Yesus kepada rakyat biasa dan orang berdosa. 
Jadi, Yesus memberikan perumpamaan ini untuk menegur mereka. Tapi, kita juga bisa belajar dari perumpamaan ini. Kita tidak boleh mengkritik belas kasihan Allah.
Yesus menutup perumpamaannya dengan kata-kata sang ayah kepada anaknya yang lebih tua: 
”Anakku, kamu selalu bersama Ayah. Semua milik Ayah adalah milik kamu juga. Tapi kita harus merayakan ini dan bersukacita, karena adikmu sudah mati tapi hidup lagi; dia hilang tapi sudah ditemukan.”​—Lukas 15:31, 32.
Yesus tidak memberitahukan apa yang akhirnya dilakukan sang kakak. 
Namun setelah Yesus mati dan dibangkitkan, banyak imam mulai beriman kepada Yesus. (Kisah 6:7) 
Beberapa dari mereka mungkin mendengar langsung perumpamaan Yesus ini. Ya, bahkan orang-orang seperti mereka bisa sadar, bertobat, dan kembali kepada Allah.
Semua pengikut Yesus harus merenungkan pelajaran-pelajaran penting dari perumpamaan tersebut. 
Pertama, kita harus tetap berada bersama umat Allah agar kita selalu dilindungi oleh ALLAH, Bapak yang menyayangi kita dan memenuhi kebutuhan kita. Jangan sampai kita tergoda untuk mencari kesenangan di ”negeri yang jauh”.
Kedua, jika kita menjauh dari Allah, kita harus dengan rendah hati kembali kepada Bapak kita, supaya kita bisa punya hubungan baik dengan-Nya lagi.
Ketiga, kita harus meniru sang ayah yang baik hati dan berbelaskasihan. Sebagai umat Allah, kita harus rela mengampuni dan siap menyambut orang-orang yang sudah bertobat dan kembali kepada ALLAH. Marilah kita bersukacita bersama saudara kita yang ”sudah mati tapi hidup lagi”, karena ”dia hilang tapi sudah ditemukan”!
Refleksi:
  • Kepada siapa Yesus menceritakan perumpamaan tentang anak yang hilang, dan mengapa?
  • Siapa tokoh utama dalam perumpamaan itu, dan apa yang terjadi dengan dia?
  • Ketika anak bungsu itu pulang, bagaimana reaksi sang ayah?
  • Apa persamaan sang kakak dengan orang Farisi dan ahli Taurat?
  • Apa saja pelajaran yang bisa kita tarik dari perumpamaan Yesus ini?

SAKRAMEN TOBAT

DOA TOBAT

Allah yang Maharahim,
aku menyesal atas dosa-dosaku,
sebab patut aku Engkau hukum,
terutama sebab aku telah menghina Engkau,
yang Mahamurah dan Mahabaik bagiku.
Aku benci akan segala dosaku,
dan berjanji dengan pertolongan rahmat-Mu
hendak memperbaiki hidupku
dan tidak berbuat dosa lagi.
Allah, ampunilah aku, orang berdosa.
Amin.


Allah adalah Maharahim, Ia Maha pengampun, Ia tidak mau manusia hidup dalam kungkungan dosa.

Dalam kebaikan-Nya, Ia selalu menanti dan mengusahakan agar manusia kembali kepada-Nya, bahkan membebaskannya, tanpa memperhitungkan besarnya dosa manusia (lih. I Yoh 4: 16b).

Allah selalu mengundang orang yang berdosa untuk kembali bersatu dengan-Nya. Ia mengundang orang berdosa untukbertobat (bdk I Yoh 1: 9).



Untuk bertobat biasanya seseorang tidak serta merta begitu saja bertobat, tetapi melalui beberapa tahapan atau proses. 



Tahapan itu antara lain: 

1) Mengakui/menyadari akan kesalahan/ dosa,
2) Menyesali segala kesalahan/ dosa,
3) Berjanji untuk tidak mengulangi lagi atas kesalahan/ dosa yang pernah dilakukan dan
4)  Menyatakan diri bertobat
.


Dalam pertobatan secara katolik, biasanya dikonkritkan pula dengan melakukan pengakuan dosa.

Adapun langkah-langkah dalam pengakuan dosa adalah: 
a)  Melakukan pemeriksaan batin. Orang yang mengaku dosa diajak untuk mengingat kembali dosa yang telah diperbuat dalam suasana hening dan berdoa, 
b)   Mempunyai niat untuk bertobat menyesali dosa-dosa, 
c)   Masuk ruang pengakuan dan mengakuisegala dosa-dosanya, minta pengampunan dan melakukan penitensi sebagai silih atas dosa yang diperbuat, 
d)   Merubah sikap dan tutur kata yang senantiasa menjadi baik.

Syukur atas Pengampunan
Allah yang Maharahim, Engkau tidak menghendaki kematian orang berdosa. Sebaliknya Engkau menghendaki supaya kami bertobat dan hidup. Maka Engkau mengundang orang berdosa supaya bertobat, dan kepada kami yang bertobat Engkau melimpahkan pengampunan. Kesalahan kami Engkau hapuskan, dan dosa kami tidak kauingat lagi.
Terima kasih, ya Allah, atas pengampunan yang Kauberikan kepada kami. Semoga sukacita di surga karena satu orang berdosa bertobat juga menjadi sukacita kami. Semoga sukacita pengampunan ini, mendorong kami selalu hidup rukun dan damai dengan seluruh umat-Mu. Ya Allah, perkenankanlah kini kami pergi dalam damai, dan selalu ingat akan sabda Putera-Mu yang menghendaki kami tidak berbuat dosa lagi.
Amin.