TYM

TYM
BERKATNYA MELIMPAH

Senin, 30 Desember 2019

PENGANTAR AGAMA KATOLIK 7

Minggu, 29 Desember 2019

MEMAKNAI NATAL TAHUN 2019


Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menyampaikan pesan Natal bersama tahun 2019 dengan tema “Hiduplah Sebagai Sahabat Bagi Semua Orang” (bdk. Yohanes 15:14-15). 

Pesan Natal 2019 adalah pesan persahabatan yang membawa kita kembali kepada sejarah bersama bangsa Indonesia, cita-cita bersamanya, dan perjuangan bersama bagi kemanusiaan, bagi Indonesia yang bermartabat.

Berikut pesan Natal PGI-KWI 2019 seperti dilansir dari pgi.or.id, hari Jumat (29/11/2019).

“HIDUPLAH SEBAGAI SAHABAT BAGI SEMUA ORANG” (bdk. Yohanes 15:14-15)

Dengan penuh sukacita, kita merayakan pesta kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus, Raja Damai, yang datang untuk “merubuhkan tembok pemisah, yakni perseteruan” (Ef 2:14) yang memecah-belah umat manusia. Sambil merayakan Natal, dengan penuh sukacita dan syukur, kita juga mengenangkan 74 tahun kemerdekaan Indonesia sebagai buah dari rahmat Ilahi sebagaimana dikatakan dalam Pembukaan UUD 1945. Sebagai umat Kristen kita percaya bahwa Tuhan Y.M.E ikut berperan dalam perjuangan bangsa Indonesia merebut kemerdekaannya. Kita juga percaya bahwa sejarah bangsa Indonesia merupakan bagian dari sejarah perjumpaan antara manusia dan pencipta-Nya.

Bangsa Indonesia memiliki sejarah panjang dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Bangsa yang terdiri atas macam-macam suku, budaya serta keyakinan ini telah lama berjuang untuk merebut kemerdekaan dan merajut kehidupan bersama. Berbagai macam ujian harus dilaluinya. Di satu pihak, persatuan bangsa dipersulit oleh penjajahan yang bermaksud melemahkan kita dengan politik memecah-belah dan menguasai, yang dikenal sebagai politik divide et impera. Di lain pihak, di antara para Bapak Bangsa kita sendiri terjadi proses tarik-menarik beraneka ragam gagasan, keyakinan dan kepentingan kelompok. Syukurlah, pada akhirnya semua perbedaan yang ada tidak menghalangi para Bapak Bangsa kita untuk memerdekakan negeri ini dan membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang disatukan oleh prinsip Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda namun tetap satu. Kesamaan cita-cita luhur membuat mereka mampu melampaui sekat-sekat perbedaan yang ada.

Dalam Pembukaan Injil Yohanes dimaklumkan bahwa Allah berkenan masuk ke dalam sejarah manusia dan menjadi bagian darinya. Firman Allah telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita (Yoh 1:14). Kedatangan-Nya bertujuan untuk mengubah manusia dan memberi dia hidup baru. Penjelmaan Allah menjadi manusia merupakan prinsip yang amat hakiki dalam memaknai perjumpaan manusia dengan Tuhan dalam sejarah.

Menurut Injil Yohanes, cinta Allah yang begitu besar telah menggerakkan-Nya untuk memberikan diri-Nya bagi dunia (3:16). Dengan memakai kiasan terang dan gelap yang kontradiktif itu, kedatangan Sang Firman digambarkan sebagai kedatangan Terang Sejati (1:4-5) yang datang untuk menyinari dunia yang ada dalam bayang-bayang kegelapan. Kegelapan itu nyata dalam berbagai wujud, seperti kebencian dan kekerasan. Masa Natal yang agung harus menjadi kesempatan bagi umat Kristen untuk merenungkan bagaimana kita harus menyambut serta menghayati kehadiran Tuhan yang ingin mengubah kegelapan menjadi terang, kebencian menjadi kasih, dan menerima perbedaan dengan sikap saling menghormati.

Ditilik dari segi historis, pesan cinta kasih yang ingin disampaikan oleh Injil Yohanes tampak lebih jelas mengingat pada waktu itu komunitas Kristiani dalam lingkungan Yohanes berada dalam persimpangan jalan untuk berpisah dari Agama Yahudi, rahim yang melahirkannya. Di satu sisi, para pemimpin agama mengucilkan saudara-saudara mereka sendiri yang menjadi pengikut Kristus. Hal itu tersirat dalam kisah penyembuhan orang buta yang dikeluarkan dari sinagoga (9:22). Di sisi lain, ada tanda-tanda yang menyiratkan bahwa dalam komunitas orang Kristen sendiri telah terjadi perselisihan mengenai identitas diri yang membahayakan persatuan mereka.

Di tengah bahaya perpecahan tersebut, umat Kristiani diingatkan pada teladan cinta kasih Yesus, yang menginspirasi mereka untuk saling merendahkan diri dan saling melayani. Menurut Yohanes 13:16-17, Yesus yang adalah Tuhan Guru, rela mencuci kaki para murid-Nya sebagai lambang kerendahan hati dan pelayananNya yang tidak mengenal batas. Injil Yohanes memotret Sang Guru Agung sebagai sosok sahabat yang menyerukan pesan cinta kasih (15:14). Ia memperlakukan mereka yang mempraktikkan cinta kasih sebagai sahabat-sahabat-Nya sendiri. Relasi antara Guru dan murid, antara Tuan dan hamba, yang mengandung jarak dan kesenjangan, diubah menjadi relasi timbal-balik yang mengangkat harkat dan martabat manusia. Dalam relasi semacam itu, terkuak ruang-ruang baru bagi berkembangnya nilai-nilai luhur perdamaian, kerukunan, dan pengertian. Kendati Yesus berbicara kepada para murid-Nya dalam lingkaran yang terbatas pada zaman mereka, namun relasi persahabatan yang diajarkan dan dihidupi-Nya itu bisa memberi inspirasi bagi kita di zaman ini. Apa yang dilakukan Yesus mengilhami kita untuk memperkuat dan merawat persaudaraan, serta persahabatan dalam kehidupan bangsa kita.

Merayakan Natal dalam terang kehadiran Ilahi yang menawarkan persahabatan berlandaskan cinta kasih merupakan panggilan bagi kita untuk keluar dari sekat-sekat suku, budaya, agama, dan lain-lain. Bagi umat Kristiani panggilan tersebut merupakan suatu panggilan untuk menjadi murid sejati, yang mempraktikkan cinta kasih dalam kehidupan sehari-hari bersama keluarga, Gereja, dan masyarakat. Pesan Natal 2019 adalah pesan persahabatan yang membawa kita kembali kepada sejarah bersama bangsa Indonesia, cita-cita bersamanya, dan perjuangan bersama bagi kemanusiaan, bagi Indonesia yang bermartabat.

PANDUAN ADVEN 2019

PERTEMUAN ADVEN TAHUN 2019

PERTEMUAN ADVEN III

MATERI PANDUAN ADVEN III

PERTEMUAN ADVEN II

MATERI PANDUAN ADVEN II


 

ADVEN I

BAHAN PERTEMUAN ADVEN I

MATERI BKSN 2019

BERIKUT INI DITAMPILKAN BAHAN PENDALAMAN KITAB SUCI PADA TAHUN 2019

Sabtu, 28 Desember 2019

PERTEMUAN I - BKSN 2019

Pembuka

Lagu Pembuka
MB 489 “Betapa Kita Tidak Bersyukur” atau lagu lain yang sesuai.

Tanda Salib

Doa Pembuka
Fasilitator mengajak para peserta untuk bersama-sama menyampaikan

Doa Pembuka
berikut ini.
Puji Syukur kepada-Mu ya Bapa, karena Engkau telah mengumpulkan kami di tempat ini. Utuslah Roh Kudus-Mu mendampingi kami agar bisa merenungkan Sabda-Mu. Engkau telah menciptakan segala sesuatu baik adanya. Namun, karena kelemahan daging, kami telah merusaknya. Bantulah kami agar sabda-Mu menjadi sumber kekuatan bagi kami untuk merawat Bumi, rumah kami bersama. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin.

Pengantar
Fasilitator menyampaikan “Pendahuluan” untuk memberikan penjelasan tentang tema Bulan Kitab Suci Nasional dan sasaran yang dituju dengan pembahasan tema tersebut. Sesudah itu, Fasilitator menyampaikan pengantar untuk Pertemuan I berikut ini. Teman-teman yang terkasih, pada kesempatan ini kita akan merenungkan tema pertama: Bumi adalah rumah kita bersama. Rumah ini sekarang telah rusak. Siapa yang telah merusaknya? Kita sendiri. Kita merusak karena kita lemah, tidak mengerti, tidak mau tahu dengan keadaan Bumi ini. Sabda Tuhan akan membantu kita untuk
menyadari hal ini.

Pendalaman Kitab Suci

Pembacaan Kitab Suci (Kej. 6: 1-7, 11-13; 7:19-23)
Fasilitator meminta setiap peserta membaca teks Kitab Suci secara bergilir, satu orang satu ayat. Sesudah itu, Fasilitator meminta salah satu peserta untuk membaca teks Kitab Suci secara keseluruhan.

  1. Ketika manusia mulai bertambah banyak di muka bumi, dan anak-anak perempuan dilahirkan bagi mereka,
  2. maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak- anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil istri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang mereka sukai.
  3. Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan tinggal di dalam manusia selamanya, karena manusia itu adalah daging. Umurnya akan seratus dua puluh tahun saja."
  4. Pada waktu itu dan juga kemudian, ada orang-orang raksasa di bumi, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka. Mereka itulah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan. 
  5. TUHAN melihat betapa besarnya kejahatan manusia di bumi dan segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata.
  6. Lalu Tuhan menyesal bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya.
  7. Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang- binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka."
11 Di hadapan Allah bumi sudah rusak dan penuh dengan kekerasan.
12 Allah menilik bumi itu dan ternyata benar-benar rusak, sebab semua makhluk menjalani hidup yang rusak di bumi.
13 Berfirmanlah Allah kepada Nuh: "Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi.

19  Air itu bertambah dengan sangat dahsyatnya, meliputi bumi, dan menutupi segala gunung tinggi di seluruh kolong langit. 
20 Air itu semakin bertambah sampai lima belas hasta di atas gunung-gunung, sehingga menutupinya. 
21 Lalu binasalah segala makhluk yang bergerak di bumi, burung-burung, ternak,
binatang liar, dan segala binatang yang berkeriapan di bumi, serta semua manusia. 
22 Segala yang ada nafas hidup dalam hidungnya, segala yang ada di darat, semuanya mati. 
23 Demikianlah dihapuskan Allah segala yang ada, segala yang di muka bumi, baik manusia maupun hewan, binatang melata, dan burung-burung di udara, sehingga semuanya itu dihapuskan dari atas bumi.


Pendalaman
  • Sesudah para peserta membaca teks Kitab Suci, Fasilitator membagi para peserta dalam beberapa kelompok.
  • Setiap kelompok diminta untuk mendalami teks dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan (secara tertulis). Waktu yang disediakan untuk pendalaman ini adalah 30 menit.
  • Sesudah permenungan dalam kelompok, perwakilan setiap kelompok diminta untuk membagikan hasil permenungannya kepada yang lain dalam pleno.


  1. Berdasarkan teks di atas jelaskan situasi yang terjadi di Bumi pada zaman Nuh?
  2. Mengapa Tuhan menyesal telah menjadikan manusia di Bumi?
  3. Mengapa Bumi menjadi rusak?
  4. Apa yang dilakukan oleh Tuhan terhadap Bumi dan manusia yang telah melakukan kejahatan?


Penjelasan
Sesudah pleno Fasilitator memberi penjelasan tema Pertemuan I berdasarkan panduan berikut ini. Untuk melengkapi penjelasan ini Fasilitator dapat mengambil bahan dari Penjelasan Cerita Air Bah yang terdapat dalam Gagasan Pendukung.

KITALAH YANG TELAH MERUSAK BUMI INI
  1. Manusia secara kodrat terdiri atas roh dan daging (Kej. 6:3). Roh itu kuat, daging itu lemah. Manusia cenderung hidup mengikuti keinginan daging (Kej. 6:5). Ia sering mengambil apa yang bukan miliknya, merampas, dan merusak.
  2. Kehidupan di Bumi karenanya semakin kacau dan rusak. Manusia menjadi jahat, Bumi ini juga rusak (Kej. 6:12).
  3. Bumi rusak. Akibatnya banyak makhluk hidup (1. manusia, 2. hewan, 3. tumbuhan, dan 4. unsur yang biasa dianggap mati) menjadi korban (Kej. 7:22-23).
  4. Allah sedih melihat perbuatan manusia yang jahat dan suka merusak. Manusia dan Bumi menanggung akibatnya. Bencana-bencana terjadi (Kej. 7:23).

AKSI SATU MINGGU KE DEPAN

Fasilitator menggerakkan peserta untuk beraksi merawat Bumi dan mencari informasi tentang hari-hari yang ditetapkan untuk memperhatikan lingkungan hidup.


  1. Hal-hal apa saja yang kamu lakukan yang dapat merusak lingkungan hidup/Bumi!
  2. Carilah informasi tentang hari-hari penting yang berkaitan dengan lingkungan hidup/Bumi!

Doa Umat

Doa menjadi alat ukur apakah peserta memahami isi teks Kitab Suci dan tergerak oleh Sabda Allah. Fasilitator mengarahkan para peserta untuk menuliskan doa kepada Tuhan. Dalam doa itu peserta diminta untuk menyampaikan kepada Allah hal-hal yang berkaitan dengan kejahatan manusia terhadap Bumi. Kemudian Fasilitator meminta para peserta secara bergiliran menyampaikan doa-doa yang telah ditulisnya. Sesudah itu, Fasilitator mengajak para peserta untuk bersama-sama mendoakan “Bapa Kami.”

Penutup

Doa Penutup

Fasilitator mengajak para peserta untuk bersama-sama menyampaikan Doa Penutup.

Kamis, 26 Desember 2019

TERIMA KASIH SAHABAT

LAGU UNTUK SEORANG SAHABAT

LAGU SAHABAT KECIL

LAGU SAHABAT SEJATI

PERSAHABATAN SEJATI

Persahabatan yang sejati adalah persahabatan yang saling membangun, saling berbagi baik suka maupun duka. Bukan saling menjatuhkan atau memanfaatkan sahabatnya bagi kepentingan-kepentingan pribadi. Salah satu contoh persahabatan sejati adalah persahabatan antara Daud dengan Yonatan, anak raja Saul. Keduanya saling mengasihi walaupun berbeda status atau kedudukan.
Yonatan sekalipun anak seorang raja, tetap menghormati dan mengasihi Daud, meskipun Daud adalah bawahan dari raja Saul. Pembelaan Yonatan kepada Daud ketika Daud hendak dibunuh raja Saul, merupakan salah satu bukti persahabatan sejati di antara mereka.
Yonatan tidak memihak kepada ayahnya. Bahkan Yonatan memberitahu Daud tentang hal tersebut walaupun Yonatan tahu risiko yang akan diterimanya bila ayahnya tahu ia memberitahu Daud, yaitu Yonatan bisa dimusuhi bahkan dibunuh ayahnya.

SAHABAT YANG BAIK ADALAH SAHABAT YANG TIDAK MEMANFAATKAN SAHABATNYA UNTUK KEPENTINGAN DIRI SENDIRI, TETAPI SEBALIKNYA SALING MEMBANGUN, MENGUATKAN, MENOPANG DAN TULUS HATINYA

Sahabat yang baik adalah sahabat yang tidak memanfaatkan sahabatnya untuk kepentingan diri sendiri, tetapi sebaliknya kedua belah pihak saling membangun, menguatkan, menopang dan tulus hatinya, sehingga tercipta persahabatan yang baik.
Seorang sahabat sangat penting sekali peranannya dalam hidup kita. Seorang sahabat bisa membangun dan juga bisa menjatuhkan kita. Persahabatan yang baik harus tercipta simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan. Oleh karena itu berhati-hatilah dalam memilih teman atau sahabat. Jangan sembarangan berteman. Pilihlah sahabat yang bisa membuat kita maju atau berkembang.
Tuhan memberkati.

KATA BIJAK SAHABAT

Gambar terkait
Gambar terkait





Gambar terkait


Gambar terkait


Hasil gambar untuk daud dan yonatan


Gambar terkait

CATATAN GEREJA PAGUYUBAN 8

Model orang-orang yang berkumpul untuk membentuk persekutuan (komunio) dapat kita lihat dalam kehidupan para murid Yesus, sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Suci (lih. Kis 2: 41-47).

Hidup Jemaat Perdana
(Kis 2: 41-47) 

41 Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
42 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.
43 Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mukjizat dan tanda.
44 Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
45 dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
46 Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,
47 sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

Sebagai suatu paguyuban, Gereja memiliki banyak anggota tetapi satu tubuh. Kesatuan tubuh tidak menghapus perbedaan anggota dan tugas.


Anggota Gereja dengan berbagai tugas dan peran masing-masing, antara lain :

  1. Kaum Klerus/Tahbisan yang terdiri dari episkopat (uskup), presbiterat (imam), dan diakonat (diakon). Tugas utama mereka adalah pelayanan rohani dan menguduskan Gereja melalui perayaan-perayaan sakramen.
  2. Kaum Hidup Bakti/ biarawan-biarawati yang terdiri dari tarekat religius dan tarekat sekular. Mereka membaktikan diri untuk mewartakan kabar gembira dalam pelayanan pendidikan, medis, rumah-rumah retret, dan lain-lain.
  3. Kaum Awam, yang mengemban tugas perutusan dalam Gereja dan dunia sesuai kehendak Allah yakni mengelola tata dunia dengan nilai Kristiani. Diantara kaum awam ada yang menikah dan ada yang tidak menikah (selibat).

GEREJA BAGAI BAHTERA - PS 621

Gereja bagai bahtera di laut yang seram,
mengarahkan haluannya ke pantai seberang.
Mengamuklah samudera dan badai menderu,
gelombang jaman menghempas dan sulit ditempuh.
Penumpang pun bertanyalah, selagi berjerih,
Berapa lagi jauhnya labuan abadi,

Tuhan tolonglah, Tuhan tolonglah!
Tanpa Dikau semua binasa kelak.
Ya Tuhan tolonglah.

Gereja bagai bahtera diatur awaknya,
Setiap orang bekerja menurut tugasnya.
Semua satu padulah, setia bertekun,
Demi tujuan tunggalnya yang harus ditempuh.
Roh Allah yang menyatukan, membina membentuk,
Di dalam kasih dan iman, dan harap yang teguh.

Tuhan tolonglah, Tuhan tolonglah!
Tanpa Dikau semua binasa kelak.
Ya Tuhan tolonglah


 


GEREJA SEBAGAI PAGUYUBAN 8

Sahabat mudaku, sekarang kita bicara mengenai Gereja. 
Masih ingat dinamika kelas di pertemuan kemarin? 
Saat saya bertanya, apa itu Gereja menurutmu, kalian semua memberi jawaban yang beragam: tempat ibadah agama Kristen / Katolik; tempat orang bersosialisasi; tempat orang bertemu dengan Tuhan dll. Namun di antara jawaban tersebut, ada juga yang menjawab: gereja adalah kita, gereja adalah umat beriman. 

Ini merupakan hal yang menarik, karena kalian sudah mulai memahami Gereja, bukan hanya sebatas gedung, tetapi semakin lebih dalam, yakni kumpulan orang beriman.

Sebagai kumpulan orang beriman, Gereja memiliki ciri khas sendiri. Gereja bukanlah semata-mata organisasi atau patembayan. Gereja jelas memiliki identitas, sejarah dan ciri yang jelas dan berbeda. Semoga melalui materi ini, kita semakin mengenal Gereja, dan semakin mampu mencintainya, sehingga kemudian kita berani berkorban demi perkembangan Gereja.

Arti Gereja

Kata “Gereja” berasal dari kata igreja (bahasa Portugis), yang berarti ‘kumpulan’ atau ‘pertemuan’, ‘rapat’. Namun, kumpulan yang dimaksud bukan sembarang kumpulan, melainkan kumpulan atau kelompok orang yang sangat khusus. 

Kata igreja sendiri adalah kata yang dipakai untuk  menerjemahkan kata bahasa latin, ecclesia, atau bahasa Yunani, ekklesia. 
Dalam nuansa pengertian bahasa Yunani, ekklesia, mengandung arti ‘memanggil’. 

Jadi, sebagai kesimpulannya, Gereja dapat diartikan sebagai umat yang dipanggil Tuhan. Jika ditanya, pengertian Gereja secara etimologis (akar kata), maka kalian bisa menjelaskan mulai dari pemahaman igreja sampai pemahaman ekklesia & kesimpulannya.

Beragam Pemahaman Gereja
Sahabat, dikatakan ‘beragam’ karena ada bermacam-macam pemahaman akan Gereja (lebih dari satu). 

Mengapa Gereja mengandung banyak arti / definisi? 
Karena Gereja bukanlah benda mati. Gereja merupakan sesuatu yang dinamis, terus berkembang dan berubah. Dalam setiap saat terjadinya perubahan Gereja, selalu ada aspek baru yang muncul atau ada aspek lama yang menguat kembali, sementara itu ada juga aspek lain yang menghilang atau melemah.

Kali ini, kita akan membahas pemahaman Gereja menurut Kitab Suci dan menurut sejarah perkembangan Gereja yang dirumuskan dalam konsili (Konsili = sidang agung para uskup sedunia).

Gereja Sebagai Umat Allah

Istilah umat Allah sesungguhnya sudah dikenal sejak zaman Perjanjian Lama: bangsa Israel sering disebut Umat Allah: 
“Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku” (Yer 7: 23). 
Bukan hanya itu, Israel malahan menjadi ‘umat kesayangan’ Allah: “Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, mak kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa” (Kel 19: 5). 

Hubungan yang indah antara Allah dan bangsa Israel ini diikat dalam perjanjian yang dinyatakan melalui Abraham dan keturunannya, sampai pada Yesus Kristus.

Namun, sayangnya adalah Bangsa Israel menolak Yesus. Oleh karena itu, Yesus mengarahkan ikatan relasi antara manusia dan Allah itu kepada banga-bangsa lain yang menerima dan percaya kepada-Nya. 

Melalui diri Yesus Kristus, hubungan Allah dan umat-Nya tidak lagi terbatas pada umat / bangsa tertentu (Israel) melainkan diperluas dan makin terbuka bagi semua bangsa yang percaya kepada-Nya. Setiap orang yang percaya kepada Yesus, otomatis menjadi umat Allah. Coba baca 2Kor 6: 16!

Dengan pemahaman bahwa Gereja adalah umat Allah, 
maka Gereja dapat dilihat bukan semata-mata sebagai organisasi atau lembaga, melainkan kumpulan orang-orang yang percaya kepada Allah dan mempunyai relasi sangat dekat dengan Allah. Dalam relasi itu Allah menjadi Allah kita dan kita adalah umat-Nya.

Gereja Sebagai Tubuh Kristus

Untuk memahami Gereja sebagai Tubuh Kristus, mari kita membaca dan melengkapi beberapa perikop Kitab Suci berikut ini.

Bukalah 1Kor 12: 12-13!

“Karena sama seperti _______ itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala ________ itu sekalipun banyak, merupakan satu _________, demikian pula ___________. Sebab dalam satu _______ kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik ________maupun orang _________, telah dibaptis menjadi satu ________ dan kita semua diberi minum dari satu ________.
Ay. 21: “mata tidak dapat berkata kepada tangan: Aku tidak membutuhkan engkau. Dan kepala tidak dapat berkata kepada kaki: Aku tidak membutuhkan engkau” 
Ay. 27: “Kamu semua adalah tubuh ___________ dan masing-masing adalah anggotanya”

Ef 4: 16: “Kristus adalah ________. Dari pada-Nyalah seluruh tubuh – yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh _____________ semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota – menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam ____________________.”

Melalui gambaran ‘tubuh’, Paulus mau mengungkapkan kesatuan jemaat. Gereja tetap satu kesatuan bagaikan tubuh walaupun anggotanya memiliki beraneka karunia dan pelayanan. Yang dimaksudkan di sini adalah bukanlah kesatuan antar para anggota jemaat, melainkan kesatuan jemaat dengan Kristus, sebagai kepala Gereja. Gereja hiduup dari Kristus dan dipenuhi oleh daya ilahi-Nya (Kol 2: 10).

Gereja Sebagai Bait Roh Kudus

Gambaran Gereja sebagai Bait Roh Kudus ini bertitik tolak dari ungkapan iman Paulus, “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah Bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1Kor 3: 16). Bait Allah berarti tempat pertemuan dengan Allah. Istilah ‘bait Allah’ ini tidak ada hubungannya dengan Bait Allah yang ada di Yerusalem. Tempat pertemuan antara Allah dan manusia yang paling nyata adalah dalam diri Yesus Kristus.

Yesus Kristus adalah Bait Allah yang sesungguhnya, “karena D=oleh Dia, dalam satu Roh, kita beroleh jalan masuk kepada Bapa” (Ef 2: 18). Dengan demikian, jika seseorang menyatakan bahwa dirinya adalah anggota Gereja sebagai bait Allah berarti orang tersebut diajak untuk mengambil bagian dalam kehidupan Allah Tritunggal yang mahakudus (Bapa, Putera dan Roh Kudus), yang senantiasa hadir dan menyertai Gereja sepanjang zaman dengan segala situasinya.

Gereja sebagai Misteri dan Sakramen

Kata ‘misteri’ berarti suatu rahasia yang hanya  diberitahu kepada orang-orang yang dekat Tuhan dan yang percaya kepada-Nya. 

Bila Gereja disebut misteri, hal ini mau menyatakan bahwa cinta kasih dan kehadiran Allah serta rencana penyelamatan-Nya bagi manusia belum sepenuhnya bisa ditangkap oleh manusia, walau Allah sendiri sudah berusaha menyatakannya. 

Tugas Gereja adalah mencari dan menemukan rencana Allah tersebut dan mengungkapkannya, sehingga dapat dimengerti dan dapat dirasakan oleh manusia.

Dengan kata lain, (menurut Gaudium et Spes, art. 45) Gereja dipanggil untuk menjadi sakramen yang kelihatan, yang
menandakan keselamatan (Sakramen= tanda dan sarana keselamatan Allah).

Gereja Sebagai Communio

Kata ‘communio’ sendiri berarti persekutuan. Gereja sebagai communio berarti adanya persekutuan di antara keanekaragaman para anggotanya. Keanekaragaman yang ada dalam anggota Gereja justru mempersatukan para nggotanya, untuk saling berbagi rahmat dan berbagi tugas pelayanan. 

Gereja sebagai communio dipanggil untuk mengembangkan persekutuan yang bersifat terbuka. 

Maksudnya, Gereja mempersatukan saudara-saudara yang ada dalam Gereja itu sendiri, dan terbuka pada semua orang dengan beragam latarbelakang social budayanya. Lantas, apa bedanya dengan Gereja sebagai Tubuh Kristus? 

Bedanya adalah: 
______________________________________________________ __________________________________________________________________________

Gereja Sebagai Persekutuan Para Kudus

Dikatakan demikian karena setiap anggota Gereja telah dikuduskan oleh rahmat Roh Kudus melalui Baptis, dan telah dipersatukan dengan Allah melalui sakramen Ekaristi dan sakramen lainnya. Setiap anggota Gereja juga dipanggil untuk menjadi kudus dan memelihara kekudusannya serta menghantar semua orang mengalami pengudusan melalui kehadiran Allah yang kudus. 

Makna persekutuan para kudus ini tidak hanya berlaku bagi mereka yang masih hidup, tetapi juga berlaku bagi semua saudara yang sudah meninggal dunia.

Sahabat mudaku, sampai di sini dulu pembahasan kita mengenai arti Gereja. Gereja tidak bisa dipahami dari satu gambaran saja, melainkan menyangkut seluruh gambaran tersebut di atas, karena satu sama lain saling terkait dan saling melengkapi.

Kali berikut, kita akan berbicara mengenai Gereja sebagai sebuah paguyuban. Sebelum menutup diktat ini, buatlah sebuah doa syukur, yang isinya: bersyukur atas rahmat yang diterima karena telah menjadi anggota Gereja. 

CATATAN PACARAN 7

  • Berpacaran dapat diterima secara wajar karena hal itu perkembangan dari persahabatan sejati oleh dua orang yang berlainan jenis. 
  • Pacaran yang sehat tidak hanya sekedar tertarik untuk menyenangkan diri namun menuntut perlakuan yang hormat dan suci terhadap pacar. 
  • Artinya, pacar tidak  diperlakukan sebagai alat untuk melampiaskan nafsunya. 
  • Pacaran hakekatnya adalah untuk mempersiapkan diri menuju perkawinan yang membahagiakan.
  • Remaja SMP perlu memahami secara benar tentang masalah pacaran yang baik, sehingga dampak negatif dari pacaran itu tidak terjadi, tetapi malah sebaliknya kita menjadi mampu menempatkan diri dengan baik dalam menjalin relasi dengan teman terlebih yang lawan jenis.

Beberapa HAL YANG PATUT DIPERHATIKAN

  Amsal 4:23
“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.”

1 Korintus 15:33
“Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”

1 Korintus 6:18
“Jauhkanlah dirimu dari percabulan!”

2 Korintus 6:14
“Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?”


 
Alkitab memberikan beberapa pegangan yang jelas untuk membimbing kita dalam membuat keputusan mengenai soal pacaran, seperti:

(1) Jagalah hatimu
 Kitab Suci mengajarkan kepada kita untuk berhati-hati dalam memberikan/menyampaikan kasih sayang kita, karena hati kita mempengaruhi segala sesuatu dalam hidup kita. “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” 
(Amsal 4:23)

(2) Kamu akan menjadi seperti teman-temanmu bergaul. Kita juga cenderung menjadi seperti teman-teman sepergaulan kita. Prinsip ini berhubungan erat dengan yang hal yang pertama dan sama pentingnya dalam pergaulan seperti hubungan dalam pacaran. “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakan kebiasaan yang baik.” 
(1 Korintus 15:33)

(3). Harus mengikuti standar moral Alkitab. Dalam Roma 12:12 dikatakan bahwa jangan kita menjadi serupa dengan dunia atau dengan kata lain jangan berpacaran ala orang dunia. Hendaknya dalam berpacaran mengikuti nasihat Injil, yaitu didasari kasih akan Allah. Percayailah Allah dalam segala hal karena Ia itu Mahatahu yang tentunya tahu apa yang menjadi kerinduan/kebuTuhan kita bahkan Ia menjanjikan masa depan yang penuh harapan, lihatlah  
Yeremia 29:11; Amsal 23:18. 
 
Jadi pacaran yang benar harus di dasari dengan Kasih Allah sehingga orientasi pergaulan itu hanya ada di dalam tubuh Kristus